MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM
DESAIN KURIKULUM
“MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM”
Model pengembangan kurikulum merupakan
suatu alternatif prosedur dalam rangka mendasain (designing), menerpakan
(implementation), dan mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum.
Model
pengembangan kurikulum menurut pendapat ahli:
1. 1. Model Tyler
Model pengembangan kurikulum yang dikemukakan
oleh Tyler (1949) diajukan berdasarkan pada beberapa pernyataan yang mengarah
pada langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, menurut
Tyler ada empat tahap yang harus dilakukan dalam pengembangan kurikulum,
seperti gambar berikut:
2. 2. Model Taba
Model Taba merupakan modifikasi dari model
Tyler. Modifikasi tersebut penekanannya
terutama pada pemusatan perhatian guru. Taba memrcayai bahwa guru merupakan
faktor uatama dalam usaha pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum yang
dilakukan guru dan memosisikan guru sebagai inovator dalam pengembangan
kurikulum merupakan karakteristik dalam model
pengembangan Taba.
3. 3. Model Wheeler
Wheeler dalam
pengembangan kurikulum pada dasarnya memiliki bentuk rasional. Setiap
langkahnya merupakan pengembangan secara logis terhadap model sebelumnya, dan
suatu langkah tidak dapat dilakukan sebelum langkah-langkah sebelumnya telah
diselesaikan. Wheeler mengembangkan ide-idenya sebagaimana telah dilakukan oleh
Tyler dan Taba. Wheeler menawarkan lima langkah yang saling keterkaitan dalam
proses kurikulum. Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
·
Seleksi maksud,
tujuan, dan sasarannya.
·
Seleksi
pengalaman belajar untuk membantu mencapai maksud, tujuan dan sasaran.
·
Seleksi isi
melalui tipe-tipe tertentu dari pengalaman yang mungkin ditawarkan.
·
Organisasi dan
integrasi pengalaman belajar dan isi yang berkenaan dengan proses belajar
mengajar
·
Evaluasi setiap
fase dan masalah tujuan-tujuan.
4. 4. Model Nicholls
Audery dan Howard Nicholls mendefinisikan
kembali metodenya Tyler, Taba dan Wheeler dengan menekankan pada kurikulum
proses yang bersiklus atau berbentuk lingkaran, dan ini dilakukan demi langkah
awal, yaitu analisis situasi. Kedua penulis ini mengungkapkan bahwa sebelum
elemen-elemen tersebut diambil atau dilakukan dengan lebih jelas, konteks dan
situasi di mana keputusan kurikulum itu dibuat harus dipertimbangkan secara
mendetail dan serius. Dengan demikian, analisis situasi menjadi langkah pertama
yang menbuat para pengembang kurikulum
memehami faktor-faktor yang akan mereka kembangkan.
5. 5. Model Skilbeck
Malkom Skilback, direktur Pusat Pengembangan
Kurikulum Australia (Australia’s Curriculum Development Center), mengembangkan
suatu interaksi altertnatif atau model dinamis bagi suatu interaksi alternatif
atau model dinamis bagi model proses
kurikulum. Dalam sebuah artikelnya, Skilbeck (1976) mengajurkan suatu
pendekatan dan mengembangkan kurikulum pada tingkat sekolah. Pendapatnya
mengenai sekolah di dasarkan pada pengembangan kurikulum (SCBD), sehingga
Skilbeck memberikan suatu model yang membuat
pendidik dapat mengembangkan kurikulum secara tepat dan realistic. Dalam
hal ini, Skilbeck memepertimbangkan model dynamic in nature. Model dinamis atau
interaktif (dyanamic or interactive models) menetapakan pengembangan kurikulum
harus mendahulukan sustu elemen kurikulum dan memualianya dengan suatu dari
urutan yang telah ditetntukan dan diajurkan oleh model rasional. Skilbeck
mendukung petunjuk tersebut, menambahkan sangat penting bagi developers untuk
menyadari sumber-sumber tujuan mereka. Untuk mengetahui sumber-sumber tersebut,
Skilbeck berpendapat bahwa “a situasional analysis” harus dilakukan.
6. 6. Model Saylor
Model ini membentuk curriculum planning
process (proses perencanaan kurikulum).Untuk mengerti model ini, kita harus
menganalisa konsep kurikulum dan konsep rencana kurikulum mereka. Kurikulum
menurut mereka adalah “a plan for providing sets of learning opportunities for
persons to be educated” ; sebuah rencana yang menyediakan kesempatan belajar
bagi orang yang akan dididik. Namun, rencana kurikulum tidak dapat dimengerti
sebagai sebuah dokumen tetapi lebih sebagai beberapa rencana yang lebih kecil
untuk porsi atau bagian kurikulum tertentu.
7.
Model Kemmis dan
Mc. Taggart
Terdiri dari lima langkah, yaitu:
1. Refleksi awal
2. Penyusunan perencanaan
3. Pelaksanaan tindakan
4. Observasi (pengamatan)
5. Refleksi

Komentar
Posting Komentar